feedburner
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner count

Wujud Diri dan Sirrus-sirr

Labels:


Wujud diri yang paling halus ialah perasaan ruhani yang muncul di dalam batin yang disebut dengan Sirrus-sirr, yakni rahasia dari rahasia. Hal ini dapat dirasakan oleh siapa pun yang telah diberi karunia oleh Allah. Nabi Musa a.s. meninggalkan keluarganya ketika beliau melihat api di lereng bukit Thursina. Apakah yang beliau lihat sebenarnya? Mata kepalanya melihat api, yakni Naar, tetapi mata hatinya melihat cahaya, yakni Nur. Mata kepalanya melihat makhluk (khalqan), tetapi mata hatinya metihat Al-Haqq (Haqqan) sesuai dengan firman Allah Swt.:

"Dia berkata kepada keluarganya, 'Tunggulah di sini! Sesungguhnya aku melihat api di sana!"
(Thaha: 10).

Api itu menarik perhatian Nabi Musa a.s. dan hatinya terkesiap. Karena itu beliau pergi ke tempat api itu berada dan berusaha mengambil percikan apinya. Beliau memerintahkan anak dan isterinya supaya menunggu di tempatnya hingga beliau kembali.

Sebenarnya panggilan ruhani telah menjemputnya dari tempat yang tinggi (lereng bukit Thursina) dan menarik Nabi Musa a.s. untuk datang ke tempat itu, sehingga beliau sanggup meningalkan anak isterinya di tempat yang gelap-gulita di padang pasir yang luas. Itulah takdir yang sudah ditentukan Tuhan untuk menarik ahlullah ke tempat yang sudah ditentukan dan pada masa yang telah ditentukan pula.

Wahai hukum! Tetaplah di tempatmu. Wahai ilmu! Majulah dengan nama Allah. Wahai diri yang rendah! Tetaplah di tempatmu. Wahai hati dan sirr, marilah ke mari dan beranjaklah.

Alangkah ruginya mereka yang tidak memahami dan tidak mencintai peristiwa ini, yang tidak percaya karena tidak mengalaminya. Alangkah ruginya mereka! Alangkah jauhnya mereka dari Al-Haqq! Alangkah muflisnya mereka!

Allah berfirman:

“………semoga Aku dapat membawa suatu berita kepadamu!" (Thaha: 1 0).

Coba renungkanlah kembali firman-Nya itu, bila yang tercantum pada firman itu adalah, "Tunggulah di sini! semoga aku dapat membawa suatu berita kepadamu!". Meskipun lisan Musa a.s. mengatakan kata-kata itu dengan maksud yang zahir, yaitu untuk mendapatkan sepercik api untuk menghangatkan badan di tengah malam yang dingin di padang pasir yang menghampar. Namun hati dan sirr menariknya kepada takdir yang lain Beliau diundang untuk menghadap Allah dan menerima berita bahwa beliau telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul bagi kaumnya, yaitu Bani Israel.

Beliau sebenarnya telah tersesat di tengah padang pasir itu. Tanda ke tempat tujuannya sudah tidak tampak lagi. Naqibun-Nuqabak, yaitu Malaikat Jibril a.s. telah berada di hadapan Musa a.s., padahal sebelumnya Malaikat itu tidak pernah berhadapan secara zahir di hadapannya. Malaikat itu berkata kepada Musa a.s., "Engkau tentu ingin agar engkau tidak pernah dijadikan sebagai Nabi, tetapi takdir Allah telah menjadikanmu. Apakah engkau mengetahui mengapa engkau dipilih Allah untuk menjadi Nabi?"



0 comments:

Post a Comment

Post a Comment

Anda tidak menemukan apa yang Anda cari di sini? Cobalah Cari dengan menggunakan Google Search di bawah ini :
Religion Blogging Blogs - BlogCatalog Blog Directory blogville