feedburner
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner count

Kesulitan-Kesulitan Dalam Memahami Sufisme

Labels:

Dalam abad dimana institusionalisasi bergerak maju secara lambat ini, setidaknya sama sulitnya dengan membuat masalah ini secara efektif Bagaimana pun seribu tahun lalu, pengembara darwis Niffari di Mesir, dalam pengaruh-tetap klasiknya, Muwaqif ('orang-orang yang berhenti'), dengan penuh semangat menekankan bahaya dari kesalahan wahana untuk mencapai sasaran.

Dekat dengan masalah ini adalah satu diantara kepemimpinan atau kedudukan guru. Guru Sufi adalah seorang konduktor, pemimpin dan instruktur (pelatih) --bukan dewa. Pemujaan pribadi dilarang dalam Sufisme. Oleh karena itu ar-Rumi mengatakan: "Janganlah melihat bentuk luarku, tetapi ambil apa yang ada dalam tanganku," dan Jurjani mengatakan: "Kerendahan hatiku yang engkau sebut adalah tidak ada, karena engkau telah terpengaruh olehnya. Hal itu ada karena alasannya sendiri." Bagaimana pun kepribadian yang menarik bagi orang biasa bahwa para pengganti guru-guru Sufi telah cenderung menghasilkan, lebih baik daripada penerapan kehidupan atas prinsip-prinsip berpikir, sistem-sistem hagiografi, ganjil dan kurang sempurna. Tema mengenai sifat kesementaraan dari 'kepompong' ulat gemar dilupakan. Karena itu tetap dibutuhkan suatu teladan baru.

Problem selanjutnya bagi murid yang tidak sadar akan situasi di atas merupakan eksistensi dari apa yang telah disebut 'biografi ilustratif'. Muatan materi ini dirancang untuk belajar, pada akibat-akibat tertentu, di dalam perjalanan di mana banyak dongeng atau cerita isapan jempol dapat berisi fakta-fakta yang didramatisasi. Dengan perjalanan waktu, mereka hidup lebih lama daripada manfaat mereka, dan kemudian diambil sebagai kebohongan atas catatan-catatan kebenaran harfiah.

Jika gagasan-gagasan Sufi, sebagaimana diungkapkan di dalam buku-buku dan diantara komunitas-komunitas yang berhubungan dengan persiapan atau 'anak yatim', dan bentuk yang telah ditentukan oleh ajaran-ajaran dan keberadaan suatu contoh yang bersifat manusiawi, sesungguhnya dirancang untuk melahirkan (menghasilkan) suatu bentuk daya pikir yang lebih bernilai daripada pemikiran yang bersifat mekanis, murid mungkin mengajukan alasan bahwa dia berhak tahu mengenai hasil tersebut. Dia mungkin berharap menemukan kaum Sufi mengambil satu bagian, tanpa kecuali, secara signifikan atau bahkan menentukan dalam peristiwa-peristiwa kemanusiaan. Sementara Sufi tidak akan menerima bahwa aklamasi publik adalah apa yang ia cari (paling banyak dari mereka lari), dan bahwa dia tidak khawatir atau menginginkan untuk menjadi seorang Albert Schweitzer --bersama dengan-- Napoleon bersama dengan--Einstein, meski terdapat bukti-bukti yang demikian berkesan dari pusaka atau warisan Sufi yang sangat kuat. Lebih mengejutkan daripada itu, bagi siapa yang mencari label dan batas Sufisme sebagaimana dengan cara yang sederhana ini, atau cara pemujaan itu, merupakan perluasan dan jenis-jenis dari dampak Sufi, mengesampingkan klaim Sufi bahwa tokoh terbesar mereka nyaris selalu tanpa nama (tak dikenal).

Seperti para murid --dan ini merupakan problem yang lainnya-- di samping kurang mudah mendapat indoktrinasi dari para pendahulu mereka, harus mengingat akan muatan Sufistik itu sendiri ketika mereka mengatakan: 'Sufisme harus dipelajari dengan satu sikap tertentu, di bawah kondisi tertentu, dalam satu cara tertentu.'

Pengkajian tentang Sufisme tidak dapat didekati, misalnya, dari sudut pandang tunggal, bahwa hal itu adalah suatu sistem mistikal yang dirancang untuk menghasilkan ekstasi dan didasarkan atas konsep-konsep teologis. Sebagaimana sebuah puisi Sufi oleh Omar Khayyam, menyatakan:

Di dalam bilik kecil dan beranda biara,
di dalam biara kristen dan gereja yahudi,
Di sini orang merasa takut akan neraka,
lainnya bermimpi tentang surga.
Tetapi ia yang tahu rahasia-rahasia kebenaran dari Tuhannya
Tidak menanam benih-benih seperti itu di dalam hatinya.

Belajar yang benar tentang gagasan-gagasan Sufi tergantung atas penyediaan dan penggunaan yang benar dari literatur dan juga hubungan dengan pelatih atau pembimbing Sufi.

Sebagaimana tersedianya literatur, waktu mungkin mendapatkan hak tersebut dalam pelajaran biasa terhadap peristiwa-peristiwa, meski dua pengalaman tersisa menunjukkan bahwa kehilangan, lagi-lagi, mungkin menjadi serius.

Kajian yang efektif tentang Sufisme saat ini, yang terpenting di Barat, dimana rasa tertarik terhadapnya sungguh besar, syarat-syarat berikut bagi para calon murid:

  1. Mengerti bahwa bagian terbesar dari terjemahan-terjemahan yang tersedia adalah tidak sesuai. Hal ini terutama karena buku-buku aslinya dimaksudkan untuk komunitas khusus dan pengunjung serta budaya setempat, yang sekarang keberadaannya tidak dalam bentuk yang sama.
  2. Mencari bahan-bahan tulisan dan lisan dari orang yang memiliki otoritas dan kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh kaum Sufi untuk mengoperasikan dalam budaya, waktu dan lingkungan-lingkungan lain milik si murid.
  3. Mengakui bahwa semua organisasi kecuali kaum Sufi yang asli, selalu merupakan alat-alat yang bersifat kondisional, secara sadar atau sebaliknya.
  4. Siap untuk melepaskan prakonsepsi-prakonsepsi tentang apakah konstitusi 'belajar'. Kerelaan mempelajari peristiwa-peristiwa atau bahan-bahan materi yang mungkin tidak muncul menjadi 'esoterik'.
  5. Menentukan apakah penyelidikannya atau bukan, adalah suatu bentuk tersembunyi dari suatu penyelidikan untuk integrasi sosial, suatu manifestasi dari keinginan tahu belaka, suatu keinginan karena rangsangan emosional atau kepuasan hati.
  6. Menghargai, bahkan sebagai suatu karya hipotesis, kemungkinan bahwa ada (terdapat) suatu kesadaran, efisien dan sumber yang disengaja terhadap ajaran Sufistik yang benar-benar sah dalam pengoperasian di Barat.

Sumber : Pustaka Online Media ISNET



0 comments:

Post a Comment

Post a Comment

Anda tidak menemukan apa yang Anda cari di sini? Cobalah Cari dengan menggunakan Google Search di bawah ini :
Religion Blogging Blogs - BlogCatalog Blog Directory blogville